RAMA DAN SHINTA
SUTRADARA :
Riana Kurnia NingTiyas
KAMERAMEN :
Diah Nila Puspita
Ardyan Taruna Nagara
Imam Syafi’i
KOSTUM :
Sevi Cahya Wardani
Ika Kasani
PENULIS NASKAH :Riana
Kurnia NingTiyas
HUMAS :Riana
Kurnia NingTiyas
KONSUMSI :Diah
Nila Puspita
PROPERTI :Ardyan Taruna Nagara
Dadang Destiawan
TATA BUSANA :Imam
Syafi’i
TATA RIAS :Sevi
Cahya Wardani
TOKOH
POKOK :
·
Rama : Ardyan
Taruna Nagara
·
Shinta : Diah Nila Puspita
·
Laksmana
: Ahmad Wildan Mubarok
·
Hanoman : Dadang Destiawan
·
Rahwana : Imam Syafi’i
·
Resi Walmiki : Riana Kurnia NingTiyas
·
Kursa : Sevi Cahya
Wardani
·
Lawa : Ika Kasani
TOKOH CADANGAN :
·
Raja : Imam Syafi’i
·
Ratu : Riana Kurnia Ning Tiyas
·
Baruna : Imam syafi’i
·
Dayang 1 : Ika Kasani
·
Dayang 2 : Sevi Cahya Wardani
Suatu
hari, ada dua orang pemuda, bernama Rama dan adiknya Laksmana yang sedang
melaksakan misi untuk menumpas para raksasa di. Sampai akhirnya mereka
mendengar kabar bahwa Raja Wideha mengadakan sayembara. Gadis yang cantik sudah saatnya menikah dengan salah satu pangeran
terbaik.
ADEGAN 1
Laksmana :
“Kakanda aku dengar kerajaan Wiedha mengadakan sayembara
mencari pangeran untuk putri Wiedha.Kau harus ikut serta, Kakanda.”
Rama :
“Astaga, kau ingin kakakmu ini mendapatkan jodoh melalui sebuah sayembara? Itu
jelas bukan awal kisah cinta sejati.” ( menggeleng)
Laksmana :
“Setidaknya Kakanda bersedia melihat dulu puteri itu, menurut kabar, wangi
kulitnya semerbak hingga ratusan meter. Matanya mampu meruntuhkan dinding
kesombongan. Dan hatinya, bahkan bisa menaklukkan senjata paling hebat di
dunia. Setelah dilihat, nanti baru Kakanda putuskan sendiri apakah akan menulis
kisah cinta sejati dari sebuah sayembara atau bukan. Ayolah, apa salahnya
dicoba, bukan ? “
Rama :Baiklah,
seperti apa omong kosong kecantikan gadis itu.
Rama
mendengus, memasang busur dan anak panah di punggung,berangkat
menuju ibukota Wideha.
ADEGAN 2
Laksamana : “Kita sudah terlambat
kakanda.”
Rama : “Ayo kita lewat sini.”
Ketika
seluruh pangeran sudah berkumpul di balai agung ibukota Wideha, Rama justeru
salah memasuki ruangan. Rama terpesona saat
melihat Shinta sedang membantu dayang – dayang yang tidak
sengaja menumpahkan nampan berisi buah-buahan.
Dayang1 : “Maafkan kami,tuan Puteri!”
( merasa bersalah)
Dayang 2 : “ Ia tuan Puteri,maafkan kami.”
Shinta : “Tidak usah dipikirkan. Tidak
apa -apa.” ( menenangkan dayang – dayang sambil memunguti
buah-buahan yang berserakan di lantai )
Dayang1 :
“Kami tiadak sengaja tuan Puteri.”
Rama memperhatikan Shinta.
Rama : “Siapakah gadis itu?” ( berbisik
pada Laksmana)
Laksmana : “Gadis itu adalah Shinta Kakanda.”
Shinta dan Dayang sangat
terkejut ketika melihat lelaki memasuki bangunan khusus perempuan.
Rama : “Maaf, sungguh
maafkan kami. Kami sedikitpun tidak bermaksud buruk, kami tidak sengaja, kami
salah masuk ruangan.”
Shinta : “Siapa kalian ?”
Rama : “Maaf tuan Putri,kami adalah pemuda yang ingin melihat sayembara.”
Sinta : “Dayang,tolong antarkan pemuda -pemuda ini ketempat
sayembara.”
Dayang 1,2 : “Baik tuan Puteri.” Mari (sambil menunjukan jalan
)
Shinta :
“Pemuda gagah itu pastilah
salah-satu petualang seperti banyak pengunjung yang ikut hadir
meramaikan Ibukota.(berbicara sendiri)
Rama : “Ah, andaikata dia
bukan puteri seorang Raja, yang harus memperoleh jodoh melalui sebuah
sayembara, akan menyenangkan bisa berpetualang melihat dunia luas.”(Berbicara dengan Laksamana).
Laksmana : “Kakanda sayembara itu mudah sekaligus rumit.”
Rama : “Mengapa Laksmana?”
Laksmana : “ Mereka hanya
diminta menarik busur, pusaka kerajaan Wideha. Busur itu bukan busur biasa kakanda, busur itu milik Dewa
Siwa yang dihadiahkan ke bumi, jangankan menarik talinya, bahkan mengangkat
busur itu saja banyak yang tidak mampu Kakanda.”
Rama : “Jangan kau remehkan kakandamu ini
dinda.”
Ketika Rama mulai mengangkat
busur itu, ia menoleh ke Laksmana adiknya,Laksmana pun menjawab lirikan itu
dengan anggukn kepala. Rama mulai memanah dan sssssiiiittt tepat jatuh di
tengah lingkaran yang telah di siapkan. Tepuk tangan semarak mengiringi
langakah kaki Rama.
Raja : “Saya umumkan wahai rakyatku bahwa
pemenang sayembara ini adalah Rama.” (sambil mengangkat tangan kanan Rama)
ADEGAN 3
Sayembara telah berakhir, pernikahan antara Rama dan
Shinta segera dilangsungkan.Rama yang tampan berjalan dengan Shinta yang jelita
(tersenyum bahagia). Sementara itu Raja dan Ratu berbincang berdua.
Raja : “ Dinda,bagaimana jika aku mengangkat Rama
menjadi penerusku,apakah kamu menyutujuinya ?”
Ibu tiri : “Tidak Kakanda,Rama hanyalah orang biasa yang hendak mengambil tahta kerajaan
kita.”
Raja : “Itu
tidaklah benar Dinda,Rama adalah kesatria yang mulia.”
Ibu tiri : “Kita lihat saja nanti. Brata anakkulah yang lebih
pantas menjadi raja Wiedha. “ (didalam hati)
Raja :
(meninggalkan Ibu tiri sendiri dan mendekati Rama dan Sinta) “Bahagialah
kalian anakku.” (merangkul Rama dan Shinta).
Melalui sebuah intrik yang licik, Rama dan Shinta
justeru terusir dan dibuang ke hutan rimba selama empat belas tahun. Barata,
adik tirinya menjadi raja, dan Raja Kosala meninggal dalam kesedihan panjang.
Shinta : “Kanda Empat belas tahun kita disini.” (Shinta tidur di pangkuan
Rama)
Rama :
“Bersabarlah engkau Dinda.” (Sambil mengelus rambut istri tercintanya)
Mereka diuji oleh berbagai godaan dan rintangan.. Dan
puncaknya saat Rahwana, Raja Alengka, berniat menculik Shinta yang jelita. Rahwana
adalah raja para raksasa. Kesaktiannya tiada tara.
Hari naas itu, Shinta melihat seekor anak kijang,
begitu lucu, lincah loncat kesana kemari. Shinta meminta Rama mengejar anak
kijang itu. Rama memutuskan mengejar kijang itu,
Shinta : “ Kakanda,lihatlah kijang itu Kakanda.
Aku ingin kau menangkapnya.”
Rama : “
Baiklah Dinda. Laksmana,tetaplah kau disini.”
Laksmana : “ Baik kakanda”
Kijang
itu bukan kijang biasa, melainkan anak buah Rahwana yang sedang menyamar.
Setelah
masuk ke dalam hutan yang lebih lebat, Rama berhasil memanahnya, dan kijang itu
berubah wujud, berseru meminta tolong, menirukan suara Rama.
Kijang : “Tolong,
tolong.”
Mendengar teriakan itu, Shinta panik. Dia cemas
suaminya terluka, meminta Laksmana menyusul.
Shinta : “Laksmana,kau dengar
itu ? Susulah Kakandamu.”
Laksmana : “ Tapi ku harus
menjagamu Nimas.”
Shinta :
“ cepatlah laksmana, jangan khawatirkan aku.”
Laksmana : “ Baiklah.” (membuata lingkaran dari tanah dan beranjak
pergi mininggalkan shinta)
Laksmana meninggalkan Shinta yang berlindung dalam
lingkaran.
Tetapi
Rahwana
cerdik, dia menyamar menjadi seorang
pertapa tua, berjalan terbungkuk, yang kehausan. Rahwana tidak bisa masuk ke dalam
lingkaran, tapi dia bisa membujuk Shinta agar melangkah
keluar mengulurkan kendi air minum.
Rahwana : “ Nak, bolehkah kiranya kakek
meminta air barang sedikit ? Kakek benar-benar haus.”
Shinta : “ Tentu boleh kek, tuggu sebentar ! “ (mengambilkan minum) Ini
Kek silahkan. (Menyodorkan kendi air minum)
Shinta tak menyadari bahwa tanganya
telah keluar dari lingkaran, Rahwana pun menyambar tangan Shinta dan membawanya lari.
Rahwana
tertawa puas, rencana besarnya telah berhasil.
Rahwana :
“Hahahahaha.”(Rahwana tertawa lepas)
Shinta : “Tolong lepaskan aku, Tolong.”
Rama dan Laksmana sedih melihat Shinta telah diculik Rahwana. Karna tidaklah mudah merebut Shinta dari Rahwana. Rama memutuskan meminta bantuan bangsa Wanara(manusia
kera) dipimpin oleh panglima Hanoman.
Rama : “ Hanoman,bantulah aku merebut kembali Shinta
istriku dari Rahwana.”
Hanoman : “ Apa yang akan kamu berikan pada kami,jika kami mau
membantu.”
Rama : “ Seperempat kebun pisang Alengka akan jadi milik bangsa wanara.”
Hanoman : “
Baiklah kami bersedia.” (memulai perjalanan)
Masalah pertama menghadang rombongan itu, adalah
menyeberangiSungai.
Tidak
semua anggota pasukan manusia kera bisa terbang.
B.winara : “
ak ak ak uk uk aaak uuuk.”
Hanoman : “ Tuan, kita tidak mungkin menyebrangi sungai ini.
Apakah ada jalan lain? “
Rama :
“Tidak ini adalah satu –satu nya jalan menuju Alengka.”
Rama meminta bantuan Baruna, dewa yang mengurus air. Baruna menolaknya, karna dia tidak mau terlibat dalam pertempuran.
Rama : “ Bantu aku untuk melewati sungai ini
Baruna.”
Baruna :
“ Maaf Rama aku tidak bisa membantumu.”
Rama habis kesabaran, Rama mengangkat busur Dewa Siwa, berdiri penuh rasa marah, menghadap sungai yang menghambat mereka. Anak panah ditarik, dan Rama
berseru lantang
Rama : “Jika kau tidak mau membantuku, wahai
Baruna, akan aku keringkan seluruh sungai ini dengan
anak panahku.”
Baruna gemetar berpikir, pilihannya terbatas, binasa
seluruh air, atau membantu penyerbuan Rama. Maka Baruna
menawarkan membangun sebuah jembatan. Dan dalam waktu
singkat, jembatan itu terwujud, membentang panjang atas nama cinta.
Pasukan
manusia kera menyerbu kerajaan Alengka, dan pertempuran besar tidak dapat
dihindarkan lagi.
Panah
sakti milik Rama akhirnya menghujam dada Rahwana, dan raja raksasa paling sakti
itu tumbang. Dan Shinta berhasil di rebut kembali.
Namun
setelah kembalinya Rama dan Shinta ke Ayodya, entah kenapa Rama kehilangan
kepercayaannya kepada Shinta.
Rama : “Aku tidak bisa mempercayai Shinta begitu saja, Laksmana.” ( mnghembuskan nafas )
Laksmana : “Bagaimana mungkin kau tidak mempercayainya, Kakanda ? Empat belas
tahun Shinta setia menemanimu. Empat belas
tahun hidup penuh penderitaan demi mengabdi padamu. Ditambah berbulan-bulan di tahan oleh Rahwana, berbulan-bulan
menanggung penderitaan di sarang raksasa. Bagaimana mungkin kau tidak
mempercayai Shinta?”
Rama : “Karena berbulan-bulan itulah, Laksmana. Siapa yang
tahu apa yang telah terjadi di Alengka? Siapa yang bisa memastikannya?”
Laksmana : “Aku
tidak percaya kalimat itu keluar dari mulutmu, Kakanda.”
Saat Rama membawa Shinta kembali ke Kosala, tahta
kerajaan Kosala dikembalikan oleh Barata kepada Rama. Rama menjadi raja
Kosala.
Tapi
kesenangan itu hanya sebentar, bisik-bisik kotor merasuki penduduk kerajaan
Kosala. Apalagi kalau bukan kabar burung. Shinta
sudah tidak suci lagi. Berbulan-bulan ditawan Rahwana, siapa yang bisa
memastikan Shinta tetap mampu menjaga diri.
Rama : “Shinta sudah tak suci lagi Laksmana.”
Laksmana : “Omong kosong semua ini. Aku bersumpah, Shinta tidak
akan pernah berkhianat. Kakanda seharusnya tidak mendengarkan bisik-bisik di
luar sana. Di mana mereka saat Kakanda dan Shinta terusir empat belas tahun. Di mana mereka saat Kakanda memimpin ribuan pasukan
Wanara? Tidak ada satu pun rakyat Kosala yang peduli? Kenapa sekarang mereka
peduli sekali dengan sesuatu yang bukan urusa mereka?”
Rama : “Tetapi mereka rakyatku, Laksmana. Aku tidak bisa
menjadi Raja mereka yang baik, jika mereka tidak
mempercayai Ratunya.” ( tatapan kosong )
Laksmana : “Karena Kakanda Raja dan mereka
rakyat, maka Kakanda bisa memerintahkan untuk menghentikan seluruh omong
kosong.”
Keputusan besar itu diambil Rama, dia memerintahkan
agar ujian kesucian digelar untuk Shinta. Melewati api yang berkobar tinggi.
Jika Shinta selamat melaluinya, maka tidak akan ada keraguan lagi.
Rama : “Aku akan mengadakan ujian untuk Shinta
Laksmana.”
Laksmana : “Ujiana apa Kakanda?”
Rama : “Ujian api kesucian untuk Shinta, dengan melewati api yang berkobar tinggi. Jika Shinta selamat melaluinya, maka tidak akan ada keraguan lagi Laksmana”
Laksmana :
“Apakah Kakanda masih mencintai Shinta?” ( Lirih)
Rama : “Tentu aku
mencintainya, Laksmana. Bagaimana mungkin kau bertanya hal itu?”
Laksmana : “Maka Kakanda telah melakukan
kesalahan besar. Kepercayaan adalah pondasi penting sebuah cinta, Kakanda telah
kehilangan pondasi itu. Besok lusa, hal ini akan terulang kembali. Besok lusa,
tanpa pondasi tersebut, Kakanda hanya akan menjadi olok-olok seluruh penduduk
Ayodya.”
Rama : “ Apa
maksudmu ? “
Laksmana : “ Bukan, Ujian ini dilakukan hanya
untuk menutup resah di hati Kakanda. Besok, Shinta akan berhasil melewati
kobaran api itu, tapi Kakanda, tidak akan pernah berhasil memadamkan keresahan
itu.” ( membungkuk, ijin pamit dan keluar meninggalkan singgasana )
Pagi itu Shinta
berjalan keluar dengan menggunakan baju dan selendang putih. Dengan disaksikan
seluruh rakyat Ayodya, para resi memulai prosesi. Sebuah kidung dinyaniykan.
Puja-puji untuk seorng putri yang akan membuktikan diri.
“Dusta takkan bercampur dengan jujur
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
Kebaikan takkan bercampur dengan .khianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Setelah
lagu dinyanyikan, Laksmana benar, satu menit kemudian Shinta dengan anggunnya
keluar dari kobaran api suci tanpa luka sedikitpun. Rama bernafas dengan lega.
Laksmana : “ Kau lihat itu
kakanda? Ia suci tanpa luka sedikitpun.”
Rama :
“ Kali ini kau memang benar Laksmana.”
Beberapa
bulan sejak prosesi api suci, bisik-bisik kabar kembali terdengar di telinga
Rama. Banyak yang beranggapan bahwa Shinta dapat melewati api suci karena ilmu
sihir yang telah di dapat dari Rahwana.
Rama :
“ Laksmana apakah menurutmu,Shinta memiliki ilmu gaib?”
Laksmana : “ Sungguh tega kau Kakanda.
Ujian apa lagi yang kau buat agar kau percaya pada Shinta. ”
Laksmana
yang tak tahan dengan situasi di kerajaan memutuskan untuk pergi menjadi
pertapa.
Rama :
“ Aku akan mengusir Shinta ,Pamanda.”
Hanoman : “Kau tidak akan melakukannya, Paduka Rama.”
Rama : “Tapi bagaimana aku akan
menghadapi rakyatku, Pamanda. Dari kota hingga desa, di setiap sudut, pelosok,
mereka berbisik tentang hal itu. Bagaimana aku meletakkan wajah seorang Raja
yang berwibawa jika mereka tidak percaya dengan Ratunya? Siapa yang bisa
bersaksi Shinta tidak sedang menipu kita semua? Siapa?”
Hanoman : “Astaga, Paduka Rama, sungguh tidak ada yang terjadi
di taman Asoka. Bukankah kau sendiri yang menyuruhku berbulan-bulan mengintai
kerajaan Alengka selama pembuatan jembatan itu, memastikan apakah Shinta
baik-baik saja. Istrimu adalah perempuan terhormat, dia tidak akan berkhianat
walau di pikiran sekalipun. Akulah saksinya.”
Rama :
“(menggeleng)”
Hanoman : “Paduka Rama tidak percaya padaku?”
Rama : “Aku tidak bisa lagi
percaya pada siapapun dalam situasi ini, Pamanda.”(lirih)
Hanoman : “ Jika itu memang
keputusanmu,maka aku tidak bisa berbuat apa – apa Paduka Rama.”
Keputusan kedua diambil. Dan kali ini lebih
mengenaskan dari sekadar melewati api suci.
Rama : “Menurut rakyatku,Shinta yang telah menguasai sihir gelap pastilah ia mampu
melewatinya.”
Hanoman : “ Lantas apa
yang akan paduka Rama lakukan?”
Rama :
“Mudah, akan membuang Shinta dari Ayodya.”
Hanoman : “Kau telah kehilangan akal sehat, Paduka Rama. Kau,
kau tidak akan melakukannya, bukan? itu berlebihan.”
Rama : “ Tidak,pamanda.”
Tapi entah
alasan apa yang membuat Rama begitu gelap mata, keputusan Rama sudah bulat.
Duhai, kemanakah cinta mereka selama ini? Empat belas tahun Shinta menemani Rama
terusir dari Ayodya, membuktikan pengabdiannya. Berbulan-bulan Shinta tidak
sekalipun lalai membisikkan nama Rama di penjara taman Asoka, berharap suami
tercintanya tiba, merebutnya kembali.
Hanoman : “Apakah kau masih mencintai Shinta, Paduka Rama?”
Rama : “Tentu saja, Pamanda. Tentu saja. Aku mencintainya.
Tapi rakyat Ayodya membutuhkan bukti bahwa Shinta akan mampu melewati masa
pembuangannya.”
Hanoman : “Bukan rakyat Ayodya. Bukan mereka, tapi Padukalah
yang membutuhkan itu semua untuk memadamkan api kecurigaan dalam hati. Camkan
ini, Paduka, esok lusa, Shinta akan berhasil melalui masa terbuangnya, tapi
Paduka tidak akan pernah mampu melewati resah itu.” ( melangkah pergi )
Shinta mendengar perintah pengusiran itu dibacakan
sendiri oleh suaminya. Kali ini dia memang tidak kuasa menahan kesedihan hati, matanya
berkaca-kaca, tapi dia mengangguk patuh. Shinta sedikitpun tidak pernah
meragukan cinta Rama. Shinta sedih karena dia tidak kunjung mampu meyakinkan
rakyat Ayodya, Shinta sedih harus berpisah dengan suami tercinta.
Rama : “ Shinta, kau harus membuktikan kesetiaanmu
padaku. Kau harus pergi jauh dari Ayodya selama sepuluh tahun. Apakah kau
sanggup?”
Shinta : “Jangan cemaskan aku,
Kakanda. Aku akan baik-baik saja. Masa pembuangan ini tidak akan lama, apalah
arti sepuluh tahun demi membuktikan cinta kita akan abadi. Jangan cemaskan aku,
Kakanda. Sedikit pun jangan terbetik perasaan itu.” ( lirih )
Senja itu, saat gelap mulai menghampiri ibukota
Ayodya, prosesi pengusiran Shinta dimulai. Tidak ada yang boleh menemaninya,
tidak ada yang boleh membantunya.
Shinta : “ Aku tak boleh menangis, hanya butuh waktu sepuluh
tahun, aku pasti kuat melewati ujian ini, demi cintaku pada suamiku. “ ( dalam
hati )
“Dusta takkan bercampur dengan jujur
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
Kebaikan takkan bercampur dengan
keburukan
Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Senja itu, disaksikan ribuan rakyat, disaksikan Rama
yang berdiri memejamkan mata di kursi singgasana, sendirian Shinta dilepas
meninggalkan istana dan menjalani ujian sepuluh tahun
terbuang..
Shinta : “ Aku akan
baik-baik saja. Aku akan kuat” ( menyeka air mata)
Sampai ia
melihat seekor beruang yang sedang berlari ke arahnya, dengan sekuat tenaga ia
berlari sampai akhirnya, kaki Shinta tersangkut akar dan terjatuh.
Shinta :
“Apakah ini akhir dari
segalanya ?”
Tidak, Karna ada seseorang yang telah menolongnya ,dia adalah Resi Walmiki. Resi Walmiki adalah pertapa yang memiliki kemampuan
melihat watak seseorang hanya dengan melihat wajahnya.
Resi : “ Kisanak tidak apa-apa?”
Shinta :
“ Ia,tuan ini siapa ?”
Resi :
“ Nanti saya jelaskan,mari ikut saya.”
Berjalan menuju ke
padepokan,tempat tinggal para resi.
Shinta :
“ (berjalan,dengan rangkulan Resi), Tempat apa ini tuan?”
Resi : “ Ini adalah padepokan kami, kisanak boleh
tinggal disini. Mari,masuk.( mengajak Shinta untuk masuk ke padepokan)
Shinta : “ Terima kasih tuan, kalau boleh tau siapa nama
tuan ?”
Resi : “ Kisanak bisa memanggil saya Resi Walmiki.”
(sambil mengobati Shinta ) Luka kisanak tidak terlalu parah,minumlah ramuan
ini.”(menyodorkan ramuan)
Shinta :
“ (meminum )Terimakasih, Atas kebaikan
tuan.”
Resi : “ Kelihatany, kisanak tengah mengandung dua
calon kesatria yang hebat seperti ayahnya.”
Shinta : “ Bagaimana tuan tau?”
Resi : “ Semua
telah digariskan oleh sang yang widi.”
Shinta : “(Shinta terdiam,mendengarkan ucapan resi
Walmiki)
Resi : “ Sebaiknya kisanak beristirahatlah dahulu.”
(Menutup pintu)
Hari demi hari berlalu, perut Shinta semakin membesar, penduduk padepokan itu diliputi
kegembiraan karna penghuni baru mereka akan
segera melahirkan. Seorang ibu setengah baya membantu Shinta melahirkan, dua
orang anak kembar, laki-laki, tampan seperti Ayahnya.
Shinta memberi nama kedua anak kembarnya Lawa dan
Kusa. Dia dengan air mata berlinang menciumi dua bayi yang lahir di tanah
pembuangan itu.
Delapan tahun kemudian Lawa
dan Kusa tumbuh menjadi ksatria yang baik. Sekecil itu, mereka adalah pemanah
terbaik di padepokan, melihat bakat hebat itu, Resi Walmiki menghadiahkan busur
panah kembar dari Dewa Brahma. Itu bukan senjata mematikan dibanding busur Dewa
Siwa milik Ayah mereka, tapi panah itu menyimpan rahasia tersendiri.
Lawa : “ Paman,busur ini adalah busur pertama yang paling indah yang pernah
ku lihat.”
Kusa : “ Terima kasih Paman.”
Resi :
“ Gunakanlah busur ini untuk kebaikan putraku.”
Kusa : “ Paman,aku merasa ada yang lain dari busur
ini.” (Sambil menarik busur )
Lawa : “ Ia paman, Seperti ada kekuatan
lain.”
Paman : “ (tersenyum) Kalian akan mengetahuinya kelak pada
watunya.”(pergi meninggalkan mereka berdua)
Shinta kembali termenung saat mengetahui masa pengusiran itu telah habis,karna Rama tak kunjung menjemputnya.
Shinta termangu menatap gerbang setiap hari
untuk memastikan bahwa suaminya akan menjemputnya. Tapi sepertinya penantiannya
sia-sia, karna sang suami tak pernah datang menjemputnya.
Shinta menjadi kurus kering karna tak mau di suruh
makan.
Sang
anak menjadi bingung, apa gerangan yang terjadi pada ibundanya sampai bisa
seperti ini. Sampai akhirnya anak-anaknya tahu bahwa ini semua karna ayahya
Kusa : “ Paman ceritakan pada kami,apa yang sebenarnya
terjadi pada biung ku?
Lawa : “ Mengapa biung slalu termenung ketika melihat
pintu gerbang padepokan ini ?”
Resi : “ Biungmu adalah orang yang telah dibuang
selama sepuluh tahun oleh Romomu sendiri hanya karena sebuah prasangka.Tidak hanya itu
semua pengorbanan Biungmu selama ini Tidak cukup untuk menguatkan
kepercayaan bopomu pada biungmu, ujian
api suci yang bahkan bisa membakar seorang dewa pendusta, telah di lalui biungmu. Biungmu
juga di buang ke Hutan ini, selama sepuluh tahun untuk meyakinkan bopomu.
Sekarang ini saat masa pembuangan itu telah berlalu, namun bopomu tidak tergerakkah hatinya untuk datang menjemput biungmu. Rahasia besar ini sudah
saatnya kau ketahui putraku,
Lawa : “ Apa itu,Paman?”
Resi : “ Busur yang ku berikan itu
bukanlah busur biasa.”
Kusa : “ Lalu?”
Resi : “ Pusaka
busur itu
adalah milik Dewa Brahma,putraku. Rahasia besar
busur itu adalaah kebencian. Busur itu akan berlipat-lipat menjadi lebih hebat saat
dipegang oleh orang yang memiliki alasan kebencian yang sah, berhak, dan
direstui terbalaskan.”
Lawa dan Kusa berangkat meninggalkan padepokan tanpa
diketahui oleh siapapun. Mereka menyerbu kerajaan Kosala. Mereka menghukum
semuanya, menghancur leburkan kerajaan. Benteng
pertahanan kerajaan Kosala berjatuhan.
Mendengar kabar pemberontakan itu, rama memutuskan
mengirim pasukan hanoman untuk menumpas dua anak tersebut.
Lawa : “(memanah para wanara)”
Hanoman : “Hai, siapa kalian ? Hentikan semua ini!”
L & W : “ 1,2,3 (panah mereka menancap dada Hanoman)
Hanoman tumbang seketika saat dua anak itu mengarahkan
panahnya.
Shinta
bahkan tak menyadari bahwa kedua anaknya pergi untuk memberontak kerajaan
Ayodya.
Shinta : Anakku, anak-anakku Lawa dan Kusa, apa yang telah
mereka lakukan? Kerusakan apa yang telah mereka perbuat? Seberapa besar kebencian
itu?
Shinta menyusul ke ibukota ditemani oleh Resi Walmiki.
Saat Lawa dan Kusa memasuki Kerajaan Ayodya. Dua anak kembar itu datang sambil menyanyikan
lagu itu, lagu prosesi ujian milik Ibunya:
“Dusta takkan bercampur dengan
jujur
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
Hina takkan bercampur dengan mulia
Oh, minyak takkan pernah menyatu dengan air
Kebaikan takkan bercampur dengan
keburukan
Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Kesetiaan takkan bercampur dengan pengkhianatan
Oh, Dewi Shinta takkan pernah menyatu dengan gadis hina”
Rama berdiri dari singgasananya. Menyiapkan busur dan
anak panah miliknya. Sampai suara perempuan menghentikan semuanya.
Rama : “ Shinta, benarkah
itu kau istriku ? “ ( mendekat )
Shinta : “ Jangan nak, ibu
mohon. Jangan lakukan ini ! “ ( menangis )
Lawa : “ Lepaskan kami, bu. Biarkan kami membunuhnya “
Shinta : ” Dia ayah kalian.Ibu
mohon. Demi ibu “
Kusa : “ Dia bukan ayah kami ! “
Shinta : “ Ibu mohon
jangan ! “ ( menangis )
Lawa : “Kami akan membalaskan sakit hati Ibu. Kami akan
menghukum seluruh Ayodya.”
Rama : “ Apa ? benarkah mereka anakku ? “
Shinta :
“ (mengangguk lemah sambil menunduk).
Tapi lagi-lagi
Rama tak percaya dengan Shinta. Rama lebih menuruti bisikan rakyatnya
Rama : “ Tidak ! mereka
bukan anakku ! “
Shinta : “ (Tertunduk,
nafasnya tersengal, dia menangis tersedu)
Oh Ibu, lihatlah, setelah
begitu banyak pengorbanan yang kulakukan, setelah begitu besar harapan yang
kubangun, siang ini, disaksikan ribuan orang, suamiku menolak percaya padaku.
Shinta : “Oh Ibu, oh ibu pertiwi, dengarkan anakmu. Dengarkan
anakmu. Oh Ibu, belahlah tanahmu, belahlah perutmu “ (Tersungkur, tak kuat berdiri)
Rama yang menyadari apa yang hendak dilakukan Shinta
loncat panik. Shinta tersungkur, tangannya mencabik-cabik tanah.
Shinta : “Oh Ibu, bukalah pintumu,
buktikanlah ke seluruh semesta, jika anakmu ini memang ternoda, maka tolaklah
diriku yang hina, lemparkan aku kembali ke langit tanpa nyawa. Tapi jika aku
memang suci, terimalah anakmu kembali, aku mohon. Aku sungguh tidak kuat lagi.”
Rama :
“ Jangan lakukan ! “ ( berlutut di depan
Shinta ) “ Jangan lakukan Shinta, demi aku “
Shinta : “ Ibu, bukalah pintumu “ ( memukul-mukul tanah )
Rama : “
Dengarkan aku, Shinta. Maafkan aku. Maafkan aku yang tidak mempercayaimu “
Shinta : “ IBU, aku mohon, aku sudah tak tahan lagi “( merangkak menjauh )
Rama : “Kembalilah padaku, Shinta. Demi anak-anak kita.”
Tangan
Rama berusaha menggapai rambut beruban Shinta yang sekarang kotor oleh
debu.Sejengkal lagi tangan itu berhasil menahan Shinta. Bumi lebih dulu
merekah. Sempurna sudah, terbelah dua. Shinta berurai air-mata, tak berpikir
panjang langsung melompat.
Resi : “ Putraku mari kita pulang.”(Resi,Lawa,dan Kusa
meninggalkan Ayodya dan kembali ke padepokan.)
. Beberapa minggu kemudian, Rama meninggalkan tahta Ayodya, dia
memutuskan menyusul adiknya Laksmana menjadi pertapa. Lawa dan Kusa yang
menyaksikan kalau Ibunya tetap mencintai Rama hingga detik terakhir, berhasil
dibujuk Resi Walmiki kembali ke padepokan. Mereka tetap membenci Ayahnya, tapi
mereka menghentikan berbuat kerusakan. Besok lusa, mereka menjadi ksatria tiada
tanding. Sementara rakyat Ayodya? Mereka tetap sibuk dengan tabiat buruk
bisik-bisik kotor itu.
-Tamat-
kak mau izin copy untuk tugas ya :)
BalasHapusKak instrumen lagu nya apa aja sih, tolong dong kasih tau
BalasHapusIzin copy utk tugas , btw klo boleh tahu minta backsound nya dong 😁😁
BalasHapusIni coppy ut tugas kuliah ya hehe. Instrumennya apa nih
BalasHapusKa mau tanya kira kira mainin naskah ini durasinya berapa lama?
BalasHapus